Tanah Abang – Balai Desa Tanah Abang, Rabu pagi, 24 September 2025, terlihat lebih ramai dari biasanya. Deretan kursi tersusun rapi, sebagian sudah dipenuhi warga, perangkat desa, hingga perwakilan lembaga pendidikan. Di depan, spanduk Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) terbentang, menandai dimulainya forum penting tahunan.

Musrembang bukan sekadar agenda seremonial. Bagi warga Tanah Abang, inilah ruang di mana aspirasi ditampung, disaring, dan akhirnya diformalkan menjadi program pembangunan. “Usulan yang kita bahas hari ini adalah hasil penjaringan dari bawah, mulai Musyawarah Dusun (Musdus), lalu dibawa ke Musyawarah Desa,” ujar Ketua BPD Tanah Abang, Totok Dwiyustanto.

-Dari Usulan ke Anggaran-

Rapat kali ini mematangkan beragam ide: mulai dari pembangunan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, hingga peningkatan fasilitas pendidikan. Kepala Desa Tanah Abang, Dg. Sanusi, memastikan bahwa program yang disepakati akan disiapkan untuk anggaran tahun 2026 mendatang.

Dg. Sanusi menegaskan, pembangunan tak akan berjalan tanpa keterlibatan warga. “Partisipasi masyarakat itu kunci. Tanpa dukungan warga, program pemerintah desa tidak akan maksimal,” katanya, disambut anggukan peserta musyawarah.

-Ruang Usulan Masih Terbuka-

Meski Musrembang menjadi forum formal penyusunan program, ruang partisipasi warga ternyata tidak berhenti di sini. Camat Toili, Andi Rustam Dj. Pettasiri, melalui Kepala Seksi Pemerintahan,Drs. Moh. Henik mendorong warga untuk lebih berani mengusulkan ide sebanyak-banyaknya.

“Usulan bisa terus disampaikan, baik untuk pembangunan, pemberdayaan, maupun sektor pendidikan. Dari desa, selain ke Pemda, juga bisa diajukan langsung ke pemerintah provinsi,” tandasnya.

-Skala Prioritas dan Kolaborasi-

Namun, Pemdes menyadari tidak semua program bisa dijalankan sekaligus. Skala prioritas akan tetap menjadi acuan utama. Program yang paling mendesak bakal dilaksanakan lebih dahulu, sementara usulan lainnya menunggu giliran.

Yang menarik, Musrembang kali ini tidak hanya dihadiri perangkat desa. Sejumlah pemangku kepentingan lintas sektor turut duduk bersama: koordinator kesehatan, para kepala sekolah, perwakilan pertanian, Dukcapil, PD/PLD Kecamatan Toili, hingga BP2KBP3A. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa pembangunan desa adalah kerja kolektif, bukan hanya tugas pemerintah desa.

-Pembangunan sebagai Kerja Bersama-

Diskusi panjang siang itu menegaskan satu hal: pembangunan Tanah Abang adalah perjalanan bersama. Dari usulan di tingkat dusun hingga keputusan di forum Musrembang, setiap suara warga menjadi bagian penting arah pembangunan desa.

Bagi warga, forum ini bukan hanya soal daftar program. Ia adalah ruang harapan—bahwa gagasan sederhana di Musdus bisa menjelma jalan baru, sarana pendidikan lebih baik, atau peluang pemberdayaan yang nyata.(ami)